Senin, 25 Maret 2013

Coretan dari Sunday Sharing Diary :

Pagi ini kota Surabaya nampak riang. Anomali telah lenyap dan normal sepertinya telah kembali. Mentari seolah bangun lebih pagi dari biasanya, dan awan-awanpun seolah enggan menjadi peneduh. Bagaimanapun juga syukur adalah cara untuk berterimakasih atas nikmat besarNYA, sehingga sobat-sobat SSL team masih bisa merasakan belaian ‘hangat’ kota Pahlawan.
12 makhluk terkumpul untuk misi rutin pagi ini. Inilah minimal requirement yang diperlukan untuk bisa meng-cover 3 rute, dimana masing-masing rute terdapat 2 team. Tak seperti biasanya yang mendapat jatah di rute tengah, kali ini team saya ditempatkan oleh korlap untuk jelajah rute selatan. Walaupun agak sedikit gimana gitu karena ditempatkan 1 team dengan seorang yang gimana gitu!(hahahaha! just serious statement!)
Setelah sedikit hening tercipta untuk kelancaran misi, pasukan pun siap meluncur menuju rutenya masing-masing. Jalanan arif rahman hakim telah siap tergelar karpet hitam sebagai simbol penghargaan pelepasan pasukan agak ‘gimana gitu’. Tak semudah di rute yang biasanya, kali ini target pertama baru bisa ditemui di perempatan semolowaru sebelum jembatan mer. Disini terdapat sesosok ayah muda dengan kaki 1-nya yang hanya tersisa diatas lutut, yang dengan susah payah berjalan dibantu ‘kaki’ panjangnya yang diapit di ketiak. Pembuka perjalanan yang makin memantapkan langkah menuju spot berikutnya.
Bangjo perempatan jembatan mer menjadi pembatas arah selatan yang pertama. Selanjutnya belok ke kanan menuju panjang jiwo, bangjo pertama yang jika ke kiri menuju SIER terdapatlah pasukan-pasukan kecil yang setia menemani malaikat dunia-nya untuk menjaga koran di pinggir jalan. Tak butuh mewah untuk merasakan kasih sayang, tak butuh cantik untuk memperoleh cinta, karena seorang anak tak akan memilih rupa maupun harta untuk tetap setia dengan makhluk yang telah menerima kehadirannya sejak di dalam rahim. Inilah pelajaran berikutnya tentang seorang yang paling berharga dalam kehidupan kita. “Tumbuhlah besar dan balaslah cintanya wahai sobat kecil”, sebersit do’a dalam batin.

Tak akan kuceritakan panjang lebar untuk rute yang kami telusuri pagi ini, cukuplah gambar ini yang akan menceritakan kisahnya sendiri:
IMG_20130324_072421 (FILEminimizer) IMG_20130324_072427 (FILEminimizer)IMG_20130324_072646 (FILEminimizer) IMG_20130324_072639 (FILEminimizer)IMG_20130324_072706 (FILEminimizer) IMG_20130324_073836 (FILEminimizer)
Kaum tercinta telah ajarkan cinta yang tak mungkin terbalas. Sebesar apapun pengorbanan kita terhadap sosok ini tak akan bisa membalas jasanya, meskipun sekedar 1 erangannya ketika melahirkan kita (inspired by: Ibnu Umar). Sengat mentari, panas aspal tempat berpijak, bahkan asap kendaraan bukanlah alasan mengeluh. Cukuplah keyakinan bahwa cucuran keringat akan mewakili beban berat pundaknya yang akan tergantikan dengan rezeki. Semua itu dilakukan demi sesuap nasi untuk kelangsungan hidup anak dan keluarganya. “Bukankah itu adalah wujud tanggung jawab dan kasih sayang terhadap anak-anaknya?”, ingatkanku akan wajah seorang disana.
Semoga Allah senantiasa menjagamu, wahai UMI!

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Najib Nasich Blog